SEMARANG – Para apoteker di bawah naungan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) tengah gigih mengkampanyekan “Dagusibu”. Istilah “Dagusibu” merupakan akronim dari “Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang” obat sesuai petunjuk. Kampanye dagusibu dilakukan karena minimnya pemahaman masyarakat awam terhadap penggunaan obat secara tepat.
“Kami kampanyekan kepada pasien tentang “Dagusibu”. Pertama, dapatkan obat di tempat-tempat resmi. Hal ini disebabkan maraknya obat yang dipalsukan oleh oknum. Kemudian, gunakan obat sesuai petunjuk dokter dan apoteker. Lakukan penyimpanan obat secara tepat. Terakhir, buang obat apabila sudah memasuki tanggal kadaluarsa. Masyarakat masih awam dengan penggunaan obat yang tepat,” jelas Pharmacist Manager Apotek Kimia Farma Semarang Ricky Fabiano Amri S.Farm Apt saat beraudiensi di ruang kerja Kantor Gubernur, Selasa (3/2).
Ricky menambahkan, masyarakat diminta untuk menyimpan obat sesuai petunjuk yang dianjurkan. Terkadang, masih dijumpai masyarakat yang gemar menyimpan obat berwujud cair (sirup) di dalam lemari pendingin. Sementara, terdapat obat cair tertentu yang khasiatnya justru berkurang ketika disimpan di temperatur rendah. Masyarakat dituntut pula untuk teliti terhadap tanggal kadaluarsa obat yang tertera di kemasan. Obat yang sudah kadaluarsa, imbuhnya, tidak dapat dibuang secara sembarangan.
Selain kampanye “Dagusibu”, Apotek Kimia Farma berupaya memberikan pelayanan obat secara menyeluruh kepada pasien. Seperti layanan Home Care, Tele Farma, SMS Farma, dan Call Center. Ricky menuturkan, layanan home care berfokus untuk mengatur penggunaan obat secara tepat dengan berkunjung secara langsung ke rumah pasien. Layanan ini umumnya ditujukan bagi pasien yang membutuhkan lebih banyak perhatian, seperti pasien usia lanjut.
“Apoteker sebagai garda pelayanan terdepan mengawali dari screening resep. Kita lihat apabila pasien berusia lanjut dan pemakaian obat degeneratif semua, maka secara kemanusiaan kita berikan layanan Home Care. Kita bisa memilah, apakah pasien ini patuh atau tidak patuh saat mengonsumsi obat. Terkadang pasien tidak teratur mengonsumsi obatnya,” terangnya.
Apotek Kimia Farma tidak hanya menjelaskan tata cara penggunaan obat secara tepat kepada pasien secara tatap muka melalui layanan Home Care. Masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai layanan obat melalui layanan Tele Farma, SMS Farma, dan Call Center dengan menghubungi via telepon atau pesan teks.
Ricky menyadari, layanan obat yang disediakan oleh Apotek Kimia Farma dapat optimal hanya apabila database pasien valid. Oleh sebab itu, apoteker diwajibkan untuk selalu menghimpun data pasien berupa nama terang, alamat, dan nomor telepon aktif yang dapat dihubungi.
“Database kami sudah tersusun rapi. Kami selalu tanyakan nama, alamat, nomor telepon atau handphone pasien. Tujuannya untuk mendukung informasi layanan obat yang diberikan oleh apoteker dapat maksimal,” terangnya.
Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP mengapresiasi layanan obat yang terus diupayakan oleh Apotek Kimia Farma. Dirinya berharap, kampanye dagusibu dan layanan obat lainnya mampu dioptimalkan dengan memanfaatkan media sosial. Sehingga, informasi mengenai layanan obat dapat semakin mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Sekarang era paperless. Kampanye dagusibu dan layanan obat lainnya dapat lebih dioptimalkan dengan pemanfaatan media sosial. Audiensi seperti saat ini silakan difoto, diupload, kemudian didiskusikan secara online. Misalnya, tulis saja ‘apakah kamu sering memperoleh obat palsu? Yuk dapatkan obat di tempat resmi.’ Diskusikanlah topik ini,” jelas orang nomor satu di Jawa Tengah tersebut.
disadur dari : (humas jateng) http://www.jatengprov.go.id/
terima kasih atas info nya.!
BalasHapus